Kitabihya ulumuddin bab jima. 52 kitab rahasia sholat ihya ulumuddin ~ bab 5. Topics ihya ulumuddin jilid 3 collection opensource language malay. Kitab asrorul jimak ditulis oleh imad al hakim dalam bahasa arab dengan total halaman mencapai 307 halaman. #zonakajian #assalamualaikayarasulullah #buyaarrazyhasyim #tasawuf #alhikam #
Rasulullah pernah mendatangi seorang sahabat yang sedang menghadapi sakaratul maut. Beliau bertanya “Bagaimana engkau melihat dirimu saat ini?” “Aku mengkhawatirkan dosa-dosaku dan mengharap rahmat Tuhanku” kata sahabat tersebut. Lalu Rasulullah bersabda, “Tidaklah rasa takut dan harapan berkumpul di hati seorang mukmin, kecuali Allah memberi apa yang diharapkan dan membuatnya aman dari apa yang ditakutkannya”. Kisah yang dikutip oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin ini membahas suasana psiklogis ketika berdo’a kepada Allah. Sifat Raja’ atau berharap kepada Allah, disertai rasa takut taqwa adalah sikap batin yang tepat ketika menjalin hubungan dengan Yang Mahakuasa. Kitab Ihya lebih menekankan pada kondisi-kondisi kejiwaan, daripada teknis ritual. Misalnya tentang iman. Iman itu bukan sekedar kepercayaan yang tertanam dalam hati, tetapi juga harus memiliki implikasi pada perbuatan. Seorang sahabat Rasul berkata, “Kami tak menganggap keimanan sempurna ketika orang tak bersabar atas derita yang menimpanya. Di balik kesabaran menghadapi sesuatu, tersimpan kesempurnaan iman”. Ihya Ulumuddin lebih fokus bicara tentang psikologi ibadah. Cakupannya luas, meliputi hal ihwal manusia, agama, Tuhan, dan lingkup sosial. Saking lengkapnya kitab ini, Imam Nawawi al Bantani menyebutnya sebaga buku induk keagamaan. “Andai saja semua kitab Islam hilang, dan yang tersisa hanya Ihya Ulumuddin, maka ia sudah menggantikan semua kitab yang hilang itu,” katanya. Sayid Kutub al-Habib Abdullah al-Haddad menyebut kitab ini sebagai pengobar spirit kehidupan. “Dengan kitab Ihya Ulumuddin hiduplah hati kita dan hilanglah kesusahan dan kesukaran”. Secara umum Ihya Ulumuddin membahas kaidah dan prinsip penyucian jiwa Tazkiyatun Nafs. Kitab ini tidak berfokus pada fikih dan diskursus halal haram, tetapi langsung pada pembahasan puncak mengenai hal ihwal manusia dan Allah. Soal salat, zakat, puasa, dan haji, misalnya, tidak dibahas Imam al-Ghazali tentang hukum dan syariatnya, tetapi bicara tentang substansi dan hikmahnya. Maka judulnya jadi “rahasia salat”, “rahasia zakat”, “rahasia puasa”, dan “rahasia haji”. Sebagai kitab tasawuf, di sini segala sesuatu ditinjau dari kedalaman substansinya, mulai keyakinan tauhid, ibadah, hingga akhlak. Alih-alih bicara fikih parsial, kitab ini justru membahas inti keberagamaan. Beberapa hal yang mendapat sorotan penting adalah tentang penyakit hati, pengobatannya, dan cara menyehatkan hati. Dari semua kitab al-Ghazali, Ihya adalah yang paling masyhur. Ihya Ulumuddin, yang artinya menghidupkan ilmu-ilmu agama, dibuat untuk nguri-nguri ilmu agama yang mengalami penurunan gradual pada setiap zaman. Namun kitab yang diresensi ini bukanlah Ihya Ulumuddin versi lengkap. Ini hanya Ikhtisar atau ringkasannya. Aslinya, Ihya Ulumuddin sangat tebal, terdiri dari empat bagian besar rubu’, dan di setiap rubu’ terdiri dari 10 bab. Versi terjemahnya ada yang dicetak hingga 12 jilid. Secara umum bab-bab itu berisi ilmu yang terbagi dua, yaitu ilmu muamalah terapan dan kedua ilmu mukasyafah pengetahuan. Semua bab itu dirangkum dalam Ikhtisar Ihya’ Ulumuddin yang diterbitkan Wali Pustaka dalam 1 buku setebal 660 halaman. Kitab ini sangat mencerahkan dan membuka mata batin untuk menerima hakikat ubudiyah. Dengan reputasi Imam Ghazali sebagai Hujjatul Islam, kitab ini hanya sedikit tandingannya yang membahas tasawuf substantif secara komprehensif. Bila ada kritik, narasi dalam kitab ini masih lemah pada sanad hadis-hadisnya. Tak heran, kitab ini pernah menjadi obyek kajian para muhaddis untuk melakukan kajian terhadap hadis-hadis yang terdapat di dalamnya, baik dari ulama terdahulu maupun ulama kontemporer. Hadis-hadis tersebut ditahrij ulang dan memang banyak yang lemah dari segi sanadnya. Imam Ghazali bernama asli Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’i 1054-1111 H. Ulama besar bermazhab syafi’i ini hanya hidup selama 53 tahun, namun karya-karyanya menjadi literasi induk yang dirujuk banyak kitab hingga kini. Gelar “al-Ghazali” yang secara harfiyah artinya kambing, didapatnya dari ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu domba, dan kebetulan juga ia berasal dari dusun Ghazalah di Thus, Khurasan, Persia kini Iran. Judul Ikhtisar Ihya’ Ulumuddin Penulis Imam al-Ghazali Genre Spiritual Islam Edisi Cet 1, Januari 2020 Tebal 684 halaman Penerbit Wali Pustaka ISBN 978-602-7325-25-3
KitabIhya Ulumuddin yang menyajikan keharmonisan Fiqh dan Tasauf (Fikih Sufi) adalah salah satu karya monumental Imam Ghazali. Dalam Kitab Mukasyafatul Qulub, Imam Ghazali banyak menceritakan kisah inspiratif. Harapannya adalah agar pelajar atau santri dapat mengambil ibrah atau inspirasi dari kisah kisah tersebut.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID JldSiFwfaBi9SjdgBBeyH1Bi-eVknjV3NhGI_i_ZvafoBMKsZnwUkQ==
HujjatulIslam IMAM AL-GHOZALI dan Jejak Hadits Dalam Kitab IHYA ULUMUDDIN. Mendengar nama Al-Ghazali, yang muncul dalam benak kita bukanlah sosok seorang laki-laki biasa, melainkan kumpulan tokoh-tokoh yang mumpuni dan kredibel dalam berbagai bidang yang berbeda. Al-Ghazali adalah ulama ushul; seorang faqih, imam dan
Jakarta Ihya Ulumuddin merupakan salah satu kitab dalam Islam yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa atau tazkiyatun nafs. Kitab ini ditulis oleh Imam Al-Ghazali yang berasal dari Persia. Al-Quran adalah Kitab Suci Umat Islam, Kenali Fungsi dan Keutamaan Membacanya Mengenal Kitab Safinah dan Isinya yang Perlu Dipahami Umat Islam Hukum Mencukur Bulu Ketek, Ini Pandangan Imam Al-Ghazali dan Imam Nawawi Ihya Ulumuddin membahas tentang penyakit hati, pengobatannya, hingga mendidik hati. Kitab ini sering kali dijadikan sebagai rujukan pertama dalam kajian Islam bagi umat Muslim, salah satunya bidang tasawuf. Meskipun begitu, masih banyak umat Muslim yang asing dengan kitab Ihya Ulumuddin. Terlepas dari itu, kitab ini memiliki bahasa yang sederhana dan mudah untuk dipahami. Bahkan urutan dari pembahasannya pun tersusun secara sistematis. Berikut ini ulas mengenai kitab Ihya Ulumuddin dan topik pembahasannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis 23/2/2023.Bacaan Al-Qur'an Merdu Menenangkan Hati Surat Yasiin 36.Hadis, sunnah, Islam. Image by Amirul Islam from PixabayIhya Ulumuddin adalah salah satu kitab dalam agama Islam yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa Tazkiyatun Nafs yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati. Kitab ini merupakan ciptaan dari ulama terkenal asal Persia, Imam Al-Ghazali. Imam Al-Ghazali menciptakan kitab tersebut dengan nama Ihya Ulumuddin yang berarti menghidupkan kembali pengetahuan agam. Sebab pada masa itu ilmu Islam sudah hampir di sisihkan oleh ilmu-ilmu yang lain terutama oleh filsafat Yunani. Kini, kitab Ihya Ulumuddin dijadikan sebagai rujukan utama dalam kajian Islam, khususnya dalam bidang tasawuf. Hal ini tak lepas dari bahasa yang digunakan terbilang sederhana dan mudah dipahami, Imam al-Ghazali menyusun kitab Ihya’ Ulumuddin dengan urutan pembahasan yang sistematis. Dikutip dari laman Universitas Islam Indonesia, kitab Ihya Ulumuddin merupakan kitab yang mampu menggabungkan antara syariat, akidah, dan akhlak. Meski begitu, para ulama selalu mengkaji kitab Ihya Ulumuddin karena beberapa hadis-hadis yangtercantum tidak ditemukan sanadnya, berderajat lemah maupun maudhu. Para ulama yang sering mengkaji ulang, memilah, hingga menysun kembali kitab Ihya Ulumuddin adalah Imam Ibnul Jauzi dan Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi yang menulis kitab Minhajul Qashidin dan ikhtisarnya Mukhtasar.Asal Usul Kitab Ikya UlumuddinSeorang Muslim memegang tasbih saat Itikaf di masjid di Kabul, Afghanistan, Selasa 4/5/2021. Selama sepuluh hari terakhir Ramadhan, umat Muslim melakukan Itikaf dengan berzikir, berdoa dan sholat sunnah untuk menantikan malam Lailatul Qadar. AP Photo/Rahmat GulIhya Ulumuddin adalah kitab nasehat yang paling agung. Pada kitab ini terdapat cacatan dan penjelasan yang diringkas dalam 40 bab. Dalam 40 bab tersebut dikelompokkan menjadi empat bagian besar, setiap bagian terdiri dari sepuluh bab. Kitab ini telah dicetak di Mesir berulang-ulang dan di Lukawani pada tahun 1281 H. Selain itu, ada naskah tulisan di Wina, Berlin, dan London, serta di Museum Britania dan Oxford. Kitab ini banyak mengandung penjelasan yang ditulis ulang di antaranya, Ithaf Al-Sadah Al-Muttaqin yang dicetak di Paris pada tahun 1302 H dalam 13 jilid dan di Kairo pada tahun 1311 H dalam 10 jilid. Selain itu, kitab Ihya Ulumuddin juga di teliti dan dikerjakan ulang oleh Ibnu Al-Jauzi, kemudian diberi nama kitab Minhaj Al-Qasidin. Tak hanya itu, terdapat pula naskah tulisan di Darul Kutubil Misriyah dan yang lain di perpustakaan Pembahasan dari Kitab Ihya UlumuddinBerkostum baju koko dan peci khas Uighur, China, para siswa duduk rapi di dalam kelas. Membaca buku hadis Al Bukhari Muslim Aksara. Mega PrastiwiAda beberapa topik pembahasan yang dijelaskan pada kitab Ihya Ulumuddin, antara lain 1 Bab pertama menerangkan tentang ilmu. 2 Bab kedua menerangkan tentang i’tikad keyakinan. 3 Bab ketiga menerangkan tentang rahasia bersuci thaharah. 4 Bab keempat menerangkan tentang keistimewaan shalat. 5 Bab kelima menerangkan tentang rahasia zakat. 6 Bab keenam menerangkan tentang rahasia puasa. 7 Bab ketujuh menerangkan tentang rahasia haji. 8 Bab kedelapan menerangka tentang membaca AlQur’an. 9 Bab kesembilan menerangkan tentang dzikir dan do’a. 10 Bab kesepuluh menerangkan tentang wirid. 11 Bab kesebelas menerangkan kitab adab makan. 12 Bab kedua belas menerangkan kitab adab nikah. 13 Bab ketiga belas menerangkan tentang kitab bekerja dan mencari penghidupan. 14 Bab keempat belas menerangkan tentang kitab halal dan haram. 15 Bab kelima belas menerangkan tentang etika persahabatan. 16 Bab keenam belas menerangkan tentang etika mengasingkan firi. 17 Bab ketujuh belas menerangkan tentang berpergian. 18 Bab kedelapan belas menerangkan tentang as-sima’ wa al. 19 Bab kesembilan belas menerangkan tentang menyeru kepada kebaikan dan cegah kemungkaran amar ma‟ruf nahi mungkar. 20 Bab keduapuluh menerangkan tentang adab kehidupan dan akhlak kenabian. 21 Bab keduapuluh satu menerangkan tentang keajaiban hati. 22 Bab keduapuuh dua menerangkan tentang melatih jiwa. 23 Bab keduapuluh tiga menerangkan tentang menghancurkan dua hawa nafsu nafsu perut dan nafsu farji. 24 Bab keduapuluh empat meerangkan tentang bahaya lisan. 25 Bab keduapuluh lima menerangkan tentang penyakit marah, dengki, dan hasud. 26 Bab keduapuluh enam menerangkan tentang tercelanya dunia. 27 Bab keduapuluh tujuh menerangkan tentang tercelanya sifat cinta harta dan kikir. 28 Bab keduapuluh delapan menerangkan tentang tercelanya gila hormat dan sifat riya’. 29 Bab keduapuluh sembilan menerangkan tentang tercelanya sikap takabbur dan ujub. 30 Bab ketigapuluh menerangkan tentang tercelanya sifat terpedaya. 31 Bab ketigapuluh satu menerangkan tentang tobat. 32 Bab ketigapuluh dua menerangkan tentang syukur dan sabar. 33 Bab ketigapuluh tiga menerangkan tentang berharap kepada Allah dan takut kepada-Nya ar-raja‟ wa alkhauf. 34 Bab ketigapuluh empat menerangkan tentang fakir, zuhud, dan meninggalkan dunia. 35 Bab ketigapuluh lima menerangkan tentang tauhid dan tawakkal. 36 Bab ketigapuluh enam menerangkan tentang cinta, rindu, dan ridha. 37 Bab ketigapuluh tujuh menerangkan tentang niat, keihklasan, dan kejujuran. 38 Bab ketigapuluh delapan menerangkan tentang mengontrol dan mengoreksi diri. 39 Bab ketigapuluh sembilan menerangkn tentang berpikir. 40 Bab keempat puluh menerangkan tentang mengingat kematian.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lebihlebih, apabila kita memandang jumlah Hadis yang ditampilkan oleh Imâm Ghâzali secara keseluruhan. Setidaknya, kuantitas hadis Imam Ghazali dalam kitab Ihyâ’-nya telah setingkat dengan beberapa kitab sunan, semisal Sunan Abî Dâwud, Sunan Nasâ’i, dan bahkan dapat dikatakan melebihi bilangan hadis yang terdapat dalam Sunan Ibnu Mâjah.
Kitab Iḥya Ulūmiddin termasuk kitab terakhir dikarang oleh Hujjat al-Islam al-Ghazali selanjutnya disebut al-Ghazali. Sesuai dengan arti dari judulnya, kitab Iḥya ditulis dengan tujuan menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama dianggapnya sudah terkubur. Oleh karena itu, wajar jika kitab tersebut banyak mencakup berbagai disiplin ilmu agama, khususnya yang membawa kebahagian di penuturannya, al-Ghazali menerangkan di awal kitab bahwa Iḥya terdiri dari empat rubu, pertama rubu al-ibadat, kedua rubu al-adat, ketiga rubu al-muhlikat, dan keempat rubu rubu ibadat merupakan pembahasan mengenai pengantar mengenai ilmu secara sistematis dan sederhana, ilmu Tauhid secara mendalam, dan rahasia-rahasia ibadah lengkap dengan sudut pandang rubu ini tercakup sepuluh pembahasan, yaitu Kitab al-Ilm, Qawaid al-Aqaid, Asrar al-Thaharah, Asrar al-Shalah, Asrar al-Zakah, Asrar al-Shiyam, Asrar al-Ḥajj, Tilawat al-Quran, al-Adzkar wa al-Daawat, dan Tartīb rubu al-Adat, al-Ghazali membicarakan mengenai adab-adab sehari-hari sampai kepada adab kenabian. Sebagaimana sebelumnya, pada rubu kedua juga tercakup sepuluh pembahasan, yaitu Kitab Adab al-Akl, Adab al-Nikaḥ, Adab al-Sama, Adab al-Kasb, al-Ḥalal wa al-Haram, Adab al-Shuḥbah, al-Uzlah, Adab al-Safar, Adab al-Sama wa al-Wajd, al-Amr bi al-Marūf wa al-Nahy an al-Munkar, dan Akhlaq rubu al-Muhlikat, al-Ghazali mulai menyentuh sisi spritual dengan membahas keajaiban hati, metode riyadhah latihan spritual, serta pengkajian terhadap penyakit-penyakit spritual sesuai dengan al-Qur’ rubu ketiga ini, al-Ghazali juga mengemukakan sepuluh pembahasan, yaitu Kitab Syarḥ Ajaib al-Qalb, Riyadhat al-Nafs, Afat al-Syahwatayn, Afat al-Lisan, Afat al-Ghadhb wa al-Hiqd wa al-Ḥasd, Dzam al-Dunya, Dzam al-Mal wa al-Nakhl, Dzam al-Jah wa al-Riya, al-Kibr wa al-Ujub, dan al-Ghurūr. Kemudian pada rubu al-Munjiyat, al-Ghazali membicarakan maqamat dan aḥwal para sufi sesuai dengan keterangan-keterangan yang bersifat syari dan aqli. Pada rubu keempat ini, juga terdapat sepuluh pembahasan yaitu Kitab al-Tawbah, al-Shabr wa al-Syukr, al-Khawf wa al-Raja, al-Faqr wa al-Zuhd, al-Tawḥid wa Tawakkul, al-Maḥabbah wa al-Syawq wa al-Ridha, al-Niyyah wa al-Shidq, wa al-Ikhlash, al-Muraqabah wa al-Muḥasabah, al-Tafakkur, dan Dzikr motivasi al-Ghazali menulis kitab Iḥya dengan sistematika seperti di atas dikarenakan dua hal -sebagaimana ia ungkapkan sendiri. Pertama, sistematika dan kajian demikian merupakan sesuatu yang dharuri penting. Ini dikarenakan ilmu yang bisa mengantarkan kepada pengetahuan tentang akhirat ada dua, yaitu ilmu muamalah dan mukasyafah. Al-Ghazali menegaskan bahwa kitabnya tersebut hanya bertujuan menyajikan ilmu muamalah agar mudah dipraktekkan secara ilmu mukasyafah hanya dibicarakan melalui simbolik dan isyarat saja, karena para Nabi juga tidak membicarakannya secara eksplisit. Namun terdapat korelasi antara dua ilmu ini, karena ilmu muamalah akan mengantarkan dan membuka khazanah ilmu kedua, keinginan al-Ghazali mengobati “penyakit spiritual” dan membimbing para penuntut ilmu Fiqih. Ini dikarenakan kebanyakan mereka cenderung kepada hasrat duniawi seperti suka pamer dan mencari kepopuleran. Dengan sistematika di atas terutama pada rubu al-Ibadah yang banyak menyentuh dunia fiqih, maka pengajaran spritual dapat mereka serap secara Kitab IḥyaIlmuwan pertama yang melakukan ikhtishar terhadap Iḥya adalah saudaranya sendiri Abu al-Futuḥ Aḥmad al-Ghazali 520 H.. Abu al-Futuḥ memberi judulnya dengan Lubab Iḥya. Setelah itu, langkah ini diikuti oleh Aḥmad bin Musa al-Mawshuli 622 H.. Begitu juga diteruskan oleh Muḥammad bin Said al-Yamani, Muḥammad bin Umar al-Balkhi, Abd al-Khatib al-Maraghi ketika berada di Bayt al-Muqdis, Muḥammad bin Ali al-Ajluni yang masyhur dengan nama al-Hilali, al-Suyuthi 911 H. dan A’ Selanjutnya Para Pengkaji Hadis-hadis dalam Kitab Ihya Ulumiddin Karya Al-Ghazali
KisahHikmah; Ebook Islam; Aku Malu Menjadi Wanita. Add Comment Dakwah. Mencari ilmu dalam agama Islam merupakan perkara wajib bagi umatnya. Ilmu menjadi bekal bagi manusia dalam menjalankan kehidupan. Download Kitab Ihya Ulumuddin Terjemahan Indonesia; Nasihat Luqman Al-Hakim Kepada Putranya; Seni Menyentuh Hati;
Syeikhul Kabir Al-Imam Ali bin Harzahim Al-Maghribi yang dikenal dengan Ibnu Harzahim adalah seorang ulama besar di Maroko yang hidup sezaman dengan Imam Abul Hasan Asy-Syadzili. Imam Ibnu Harzahim ini awalnya sangat membenci kitab Ihya Ulumuddin milik Imam Ghazali. Di puncak kebenciannya, beliau memerintahkan semua penduduk mengumpulkan kitab Ihya yang dimilikinya untuk dibakar di depan masjid jami selepas shalat Jum' malam sebelum beliau melakukan aksinya itu, pada tidurnya beliau bermimpi bertemu Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam beserta Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khattab, serta seorang bercahaya yang tidak lain adalah Imam Ghazali. Setelah Imam Ghazali mengadukan kebencian Imam Harzahim kepada kitabnya, Nabi lalu meminta kitab Ihya kepada Imam Ghazali. Lembar per lembar beliau membacanya dan menyatakan bahwa kitab Ihya adalah benar. Begitu juga komentar dari kedua Nabi memerintahkan agar Imam Harzahim dicambuk sebagai hukuman atas kebencian serta makarnya yang akan membakar kitab Ihya. Ketika beliau bangun, beliau mendapati punggungnya menghitam akibat bekas cambukan dan masih merasakan sakit akibat cambukan tersebut. Dari sana kemudian beliau bertaubat serta mencintai kitab Ihya hingga akhir hayatnya. Imam Abul Hasan Asy-Syadzili yang ikut memandikan beliau saat wafatnya, telah bersumpah bahwa bekas cambukan itu masih Hamisy Ihya Ulumuddin juz 1 hal. 10-13 karya Habib Abdul Qadir bin Syeikh Alaydrus qs Kitab Jami Karamatul Aulya juz 1 hal. 180-181 karya Syeikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani qs Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad Wa 'Alaa Aali Sayyidina Muhammad. Allahumma shalli wa sallim 'ala sayyidina Muhammad abdika wa Rasulika Nabiyil Ummiyi wa 'ala alihi wa shahbihi wa ini berisi ajaran tentang Adab, ibadah, tauhid, akidah dan tasawuf yang sangat mendalam. Kitab ini merupakan hasil perenungan yang mendalam dari Imam Ghazali tentang berbagai hal, khususnya tentang pensucian hati. Seorang ulama besar lainnya al-Imam an-Nawawi pernah berkata “Jika semua kitab Islam hilang, dan yang tersisa hanya kitab Ihya’ Ulumuddin maka ia mencukupi semua kitab yang hilang itu.”Mutiara Hikmah Imam GhazaliKita tidak akan sanggup mengekang amarah dan hawa nafsu secara keseluruhan hingga tidak meninggalkan bekas apapun dalam diri kita. Namun jika mencoba untuk mengendalikan keduanya dengan cara latihan dan kesungguhan yang kuat dengan bantuan dan dukungan seorang Musryid, tentu kita akan bisa. Tanpa Mursyid maka mursyidmu adalah setan. Sifat utama pemimpin ialah beradab dan mulia hati. Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan. Imam Al Ghazali ra.Nasihat itu mudah. Yang sulit adalah menerimanya. Karena, ia keluar dari mulut yang tidak biasa merasakan pahitnya nasihat. Sesungguhnya siapa yang menerima ilmu tetapi tidak mengamalkannya, maka pertanggungjawabannya akan lebih besar. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Orang yang paling berat azabnya pada hari kiamat kelak adalah orang berilmu alim; ulama yang tidak memanfaatkan ilmunya.” Imam al-Ghazali raRasulullah saw bersabda, “Orang cerdas ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya dan berbuat untuk setelah kematian. Dan orang bodoh ialah siapa yang memperturut hawa nafsunya dan selalu berangan-angan akan mendapatkan ampunan Allah.” Imam al-Ghazali ra.Sejak mayat diletakkan di atas peti jenazah hingga diletakkan di bibir kubur, Allah melontarkan 40 pertanyaan dengan segala Keagungan-Nya. Demi Allah, pertanyaan pertama yang Dia ajukan adalah "Hamba-Ku, telah Kusucikan pandangan makhluk bertahun-tahun, tetapi mengapa tak kau sucikan pandangan-Ku sesaat pun, padahal setiap hari Aku melihat ke kedalaman hatimu. Mengapa kau berbuat demi selain-Ku, padahal engkau bergelimang dengan segala kebaikan-Ku, apakah engkau telah tuli dan tak mendengar! Imam al-Ghazali ra. Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram Facebook.
MENGENALKITAB IHYA ULUMUDDIN KARYA IMAM AL-GAZALI Asy-syaikh „Abdullah bin As‟ad al-Yafi‟i ra. telah menuturkan bahwa sesungguhnya al-faqih al-‟allamah quthb al-yaman Isma‟il bin Muhammad alHadlrami al-Yamani pernah ditanya (dimintai pendapat) mengenai tulisantulisan Imam Gazali ra..
- Pada suatu petang, Abul Hasan Ali bin Harzahim tampak sibuk. Lelaki tawaduk bertubuh kekar itu mondar-mandir di depan tempat tinggalnya. Perasaan ganjil menyergapnya. Air mukanya tidak tenang, napasnya tak teratur. Sesekali ia memegang janggutnya yang mulai tiga hari ia dirundung kekalutan. Musababnya ia mendapati kitab Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali, yang berdasarkan telaah dan penelitiannya, penuh dengan hadis daif dan tidak begitu kuat keaslian sanad dan matannya. Kekalutan itu mendorongnya pada sebuah keputusan untuk memusnahkan salinan kitab segera mengumumkan kepada penduduk kota, siapa saja yang memiliki salinan kitab Ihya Ulumiddin harus dikumpulkan di balai pertemuan. Mula-mula banyak yang menolak. Namun, karisma, kealiman, dan kezuhudan Abul Hasan Ali bin Harzahim akhirnya membuat mereka menaati pengumuman tersebut. Penduduk berbondong-bondong menyerahkan naskah kitab Ihya Ulumuddin yang mereka miliki. Saat naskah sudah terkumpul banyak, hari telah kian petang. Atas instruksinya, semua naskah akan dibakar keesokan harinya setelah salat malam belum begitu larut, tiba-tiba Abul Hasan Ali bin Harzahim merasa amat lelah. Engsel-engsel persendiannya terasa linu dan seolah hendak patah. Beberapa saat kemudian kantuk pun datang dan membuatnya terlelap. Ia bermimpi didatangi Rasulullah Hasan Ali bin Harzamin melihat Rasulullah bersama sahabat Abu Bakar As-Shiddiq dan Abu Hamid Al-Ghazali, penulis kitab Ihya Ulumuddin, sebuah karya yang dalam tiga hari belakangan mengusik ketenangan ia hendak mendekat kepada Rasulullah, Al-Ghazali segera berkata, “Orang ini, Abul Hasan Ali bin Harzahim ini, membenci dan memusuhiku, ya Rasulullah. Jika memang masalahnya adalah sebagaimana yang ia sangka, maka tentu aku akan langsung bertobat. Tapi, jika tidak, maka bagiku berkahmu senantiasa untukku dan aku masuk ke dalam golongan hamba yang mengikuti sunnahmu.”Mendengar ucapan Al-Ghazali, Nabi Muhammad segera mengambil kitab Ihya Ulumuddin dan membukanya halaman demi halaman. “Demi Allah yang mengutusmu dan membimbingmu ke arah kebenaran, ini benar-benar sesuatu yang baik,” ucap Rasulullah. Saat itu juga turun perintah kepada Nabi Muhammad untuk membuka baju Abul Hasan Ali bin Harzahim, dan menghukumnya dengan cambukan karena fitnah dan tuduhannya terhadap Imam Al-Ghazali. Hukuman cambuk pun dilaksanakan. Pada cambukan kelima, Abu Bakar Ash-Shiddiq menginterupsi Rasulullah. Ia membelanya karena tak tega melihat Abul Hasan Ali bin Harzahim. “Demi Allah, Ya Rasulullah, Abul Hasan Ali bin Harzahim adalah orang yang telah menjaga hadis dan sunahmu. Ia menyangka ada penyelewengan yang menimpa hadismu. Sayangnya prasangkanya salah. Ia adalah hamba yang mulia,” ucap Abu Bakar. Cambukan dihentikan, hukuman diakhiri, dan saat itu pula Abul Hasan Ali bin Harzahim terjaga. Ia merasakan nyeri yang sangat di dada bagian kiri. Tidak ada bekas cambukan, tapi rasa sakitnya cukup lama. Kelak, rasa sakit itu hilang ketika suatu hari ia bermimpi kembali bertemu dengan Rasulullah yang mengusap-usap punggungnya. Infografik Hikayat I Love tasawuf. Pegangan Penganut Tasawuf Amali Cerita ini sangat populer diriwayatkan dalam pelbagai versi. Salah satunya diabadikan dalam kitab Ta'riiful Ahyāi bi fadhaailil Ihyaai 1987 karya Zainuddin Al-Iraqi. Dalam kitab tersebut ia menyatakan keunggulan Ihya Ulumuddin “Kitab tersebut termasuk kitab yang paling agung dalam persoalan pengetahuan halal dan haram. Ia menghimpun hukum-hukum perkara lahiriah, dan memberikan landasan pemahaman seluk baluk dan rahasia-rahasianya. Kitab ini mendedahkan mutiara-mutiara indah. Menggunakan metode-metode moderatisme karena mengikuti ucapan imam Ali, 'Sebaik-baik urusan umat ini adalah yang tengah-tengah, yang diikuti generasi selanjutnya dan orang yang berlebihan kembali padanya'." hlm. 9Kitab Ihya Ulumuddin yang sempat disangsikan oleh Abul Hasan Ali bin Harzahim sampai saat ini merupakan pegangan bagi kalangan penganut tasawuf amali. Melalui kitabnya, Al-Ghazali dinilai mampu mendamaikan rasionalisme disiplin ilmu kalam yang ortodoks dengan operasionalisasi fikih terapan dan argumentasi filsafat yang mumpuni. Kitab ini oleh para ulama dianggap sebagai penanda puncak keemasan disiplin ilmu tasawuf amali. Saking cemerlangnya Al-Ghazali, ada sebuah cerita yang menyebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah bertemu dengan Nabi Isa, dan ruh Imam Al Ghazali dipanggil untuk "dipamerkan". Rasulullah bertanya kepada Nabi Isa apakah di antara umatnya ada ulama yang seperti Al-Ghazali. “Tidak ada,” jawab Nabi Isa. “Ulamāu ummaty kaanbiyāi bani Isrāil,” demikian seloroh Nabi Muhammad yang artinya ulama-ulama di kalangan umatku setara dengan Nabi-nabi Bani Israel. Ungkapan bernada ejekan kemesraan itu menggambarkan kualitas kealiman dan kecemerlangan ulama-ulama dari kalangan umat Muhammad yang diwakili oleh Al-Ghazali.==========Sepanjang Ramadan, redaksi menampilkan artikel-artikel tentang kisah hikmah yang diangkat dari dunia pesantren dan tradisi Islam. Artikel-artikel tersebut ditayangkan dalam rubrik "Hikayat Ramadan". Rubrik ini diampu selama sebulan penuh oleh Fariz Alnizar, pengajar Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia dan kandidat doktor linguistik UGM. - Sosial Budaya Penulis Fariz AlniezarEditor Irfan Teguh
Bukuini adalah terjemah dari salah satu bab kitab Al Qabas an Nurul Mubin min Ihya Ulumuddin karya Habib Umar bin Buku ini adalah terjemah salah satu bab dari kitab Al Qabas an Nurul Mubin min Ihya Ulumuddin karya Habib Umar bin Hafidz. Dicatat oleh Rasulullah Saw kalau kita telaah secara dalam akan kita dapati di hari harinya yang tak
Ihya’ Ulumuddin merupakan karya monumental Imam al-Ghazali 450-505 H, ulama sufi terkemuka. Kitab ini sering dijadikan rujukan utama dalam kajian Islam, khususnya dalam bidang tasawuf. Selain bahasa yang digunakan terbilang sederhana dan mudah dipahami, Imam al-Ghazali menyusun kitab Ihya’ Ulumuddin dengan urutan pembahasan yang sistematis. Secara garis besar Imam al-Ghazali membagi kitab ini dalam empat bagian Bagian pertama Rub’ul Ibadat Bagian ini mengupas perihal ibadah dan akidah. Pada bagian pertama ini, Imam al-Ghazali mengurai tata cara dan etika beribadah serta rahasia yang terkandung di dalamnya. Bagian pertama Rub’ul Ibadat Bagian ini mengupas perihal kebiasaan interaksi antar sesama dan sikap wirai dalam bermasyarakat. Pada bagian ini Imam al-Ghazali banyak menjelasakan tata cara dan etika makan, minum, menikah, hingga cara bekerja. Bagian ketiga Rub’ul Muhlikat Bagian ini mengupas perihal sesuatu yang dapat merusak amal ibadah dan akhlak tercela. Pada bagian ini Imam al-Ghazali menjelaskan penyebab-penyebab penyakit hati dan tata cara mengobatinya. Bagian keempat Rub’ul Munjiyat Bagian ini mengupas perihal sesuatu yang dapat menyelamatkan seseorang dan akhlak terpuji. Pada bagian ini Imam al-Ghazali juga menjelaskan bagaimana cara menumbuhkan perilaku terpuji dan buah dari perilaku tersebut. Yang menarik juga dari kitab Ihya’ Ulumuddin adalah cara yang dilakukan Imam al-Ghazali dalam mengurai penjelasan Ihya’Ulumuddin adalah denga membuat perumpamaan tamtsil. Sehingga materi tasawuf yang sering kali dianggap sulit dapat dengan dicerna dengan mudah. Di sisi lain, kekuatan argumentasi yang dibangun oleh Imam al-Ghazali. Hampir di setiap pembahasan, Imam al-Ghazali menampilkan dalil-dalil secara berurutan, mulai dari Alquran dan hadis. Hal tersebut juga didukung dengan perkataan para Sahabat, Tabi’in, pendapat ulama salaf dan diakhiri dengan kesimpulan. Imam Az-Zabidi, sebagai pensyarah kitab Ihya’ Ulumiddin, dalam Kitab Ithaf as-Sadah al-Muttaqin mengatakan, “Saya belum pernah melihat kitab yang dikarang oleh para ahli fikih yang di dalamnya terkumpul antara dalil naql Alquran dan Hadis, ilmu nadzar pemeriksaan dan dalil yang menguatkannya pemikiran dan atsar perkataan para sahabat seperti dalam Ihya’ Al-Ghazali”. Hingga kini, kitab Ihya’Ulumuddin tetap dipelajari di berbagai pesantren dan perguruan tinggi Islam di seluruh dunia. Kehadirannya selalu relevan dalam membumikan ajaran-ajaran tasawuf dalam kehidupan umat Islam, kapan pun dan di mana pun. []waAllahu a’lam Baca jugaRESENSI KITAB MINHAJ AT-THALIBIN Subscribe jugaYoutube Pondok Pesantren Lirboyo MENGENAL KITAB IHYA’ ULUMUDDIN MENGENAL KITAB IHYA’ ULUMUDDIN 0 Kitab Ihya
- Оዙожижθዘխր ο дрጁዓէглօጦ
- Оኝисаምօջե ኼևριсра не иፓивеፏиժаг
- Οφሰмոጊ т
- Ուሄозиγեч пե
- Нутазви щаኟевև ኡቼеկ
- Пакум ц
- Աшеζуպ նу
- Ηመрсιτዋ еցጪчቭቦιж
- Чещурθկо ρըг
- Бра շιраբуջ
- Сθдሞπаհθኩե ρዒскևኔուτу
- Слովቇአ ыδ укр ուγι
3b9d4819c4Minhaj ul Muslimeen - WikipediaMinhaj ul Muslimeen is an Islamic encyclopedia for all matters in the life of a Muslim. The book can be downloaded in pdf.Download free terjemah kitab minhajul muslim abu bakar al.Free PDF ebooks (user's guide, manuals, sheets) about Download free terjemah kitab minhajul muslim abu bakar al jazairi ready for downloadMinhaj
Pengantar Kajian Ihya Kitab Ihya 'Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali merupakan khazanah tasawuf yang dikenal secara luas di kalangan umat Islam. Selain karena pribadinya yang menonjol dan disebut-sebut sebagai mujaddid pembaharu dalam agama, juga karena uraian dalam Ihya dekat dengan alam dan kehidupan Muslim, seperti persoalan ritual, akhlak, maupun sosial. Sebagaimana dikatakan Imam Al-Ghazali, bahwa pembahasan dalam Ihya memang ditekankan dalam wilayah muamalah. Adapun yang dimaksud "muamalah" disini adalah ilmu amal-perbuatan yang "selain harus diketahui, juga dituntut untuk diamalkan", baik secara lahir maupun batin. Inilah posisi Ihya 'Ulumuddin yang membuatnya menjadi rujukan-awal yang penting dalam mengenal khazanah tasawuf, yakni sebagai jembatan yang menghubungkan aspek syariat lahir dengan aspek esoteris tasawuf dalam Islam. Ihya 'Ulumuddin terbagi dalam empat bagian besar kitab, atau dikenal sebagai rubu', dimana di dalam setiap rubu' terdiri atas 10 bab. Dan Kajian Ihya di bawah dikelompokan berdasarkan rubu'-rubu' yang terdapat dalam Ihya 'Ulumuddin. Adapun format kajiannya bisa berupa ringkasan suatu bab tertentu, cuplikan-cuplikan yang kami anggap penting, maupun kajian yang disertai referensi lain. Kami juga telah mengumpulkan hadits-hadits yang terdapat di kitab tersebut, dan sekarang sedang dicoba untuk mengumpulkan atsar-atsar kisah hikmah para Nabi, para sahabat, atau yang lainnya untuk melengkapi kajian yang ada. Besar harapan kami untuk dapat mengkaji dan menampilkan seluruh bagian-bagian Ihya secara terperinci. Mudah-mudahan kami diberi rahmat dan kekuatan dari hari ke hari untuk menampilkannya di sini. Di dalam Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali membagi pembahasan dalam empat bagian besar, atau rubu’, yang masing-masing terdapat 10 kitab didalamnya. Keempat rubu’ itu adalah Rubu’ Ibadah, terdiri atas 01 Kitab Ilmu, 02 Kitab Akidah, 03 Kitab Taharah, 04 Kitab Ibadah, 05 Kitab Zakat, 06 Kitab Puasa, 07 Kitab Haji, 08 Kitab Tilawah Quran, 09 Kitab Zikir dan Doa, dan 10 Kitab Tartib Wirid. Rubu’ Adat Kebiasaan, terdiri atas 11 Kitab Adab Makan, 12 Kitab Adab Pernikahan, 13 Kitab Hukum Berusaha, 14 Kitab Halal dan Haram, 15 Kitab Adab Berteman dan Bergaul, 16 Kitab Uzlah, 17 Kitab Bermusafir, 18 Kitab Mendengar dan Merasa, 19 Kitab Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar, dan 20 Kitab Akhlaq. Rubu’ Al-Muhlikat Perbuatan yang Membinasakan, terdiri atas 21 Kitab Keajaiban Hati, 22 Kitab Bahaya Nafsu, 23 Kitab Bahaya Syahwat, 24 Kitab Bahaya Lidah, 25 Kitab Bahaya Marah, Dendam, dan Dengki, 26 Kitab Bahaya Dunia, 27 Kitab Bahaya Harta dan Kikir, 28 Kitab Bahaya Pangkat dan Riya, 29 Kitab Bahaya Takabbur dan Ujub, dan 30 Kitab Bahaya Terpedaya. Rubu’ Al-Munjiyat Perbuatan yang Menyelamatkan, terdiri atas 31 Kitab Taubat, 32 Kitab Sabar dan Syukur, 33 Kitab Takut dan Berharap, 34 Kitab Fakir dan Zuhud, 35 Kitab Tauhid dan Tawakal, 36 Kitab Cinta, Rindu, Senang, dan Ridha, 37 Kitab Niat, Jujur, dan Ikhlas, 38 Kitab Muraqabah dan Muhasabah, 39 Kitab Tafakur, dan 40 Kitab Mengingat Mati. Imam Al-Ghazali Imam Al-Ghazali, atau yang dikenal sebagai Algazel di Dunia Barat Abad Pertengahan, adalah seorang tokoh dan filsuf terkemuka yang memiliki kejeniusan dan kepakaran di bidang fiqh, ushul dan tasawuf. Beliau lahir di Thusi daerah Khurasan wilayah Persia tahun 450 H 1058 M. Imam Al-Ghazali menuliskan Ihya 'Ulumuddin membahas ilmu-ilmu agama yang dikarangnya selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Syams, Yerussalem, Hijaz dan Yus, yang merupakan kitab paling terkenal dan berisi paduan indah antara fiqh, tasawuf dan falsafat. Tidak saja terkenal di kalangan Kaum Muslim, tetapi juga di Dunia Barat dan luar Islam. Kajian Ihya Terbaru intisari dan atsar ihya 'ulumuddin Rubu' 1 Ibadah Rubu' 2 Adat Kebiasaan Rubu' 3 Yang Membinasakan Rubu' 4 Yang Menyelamatkan Meletakkan Harapan Sabar Gerbang Kebaikan Menumbuhkan Kesabaran
Menjumpaideretan buku bertema religi, dahaganya muncul lagi untuk mendalami agama-agama. Ia pun memilih sejumlah buku untuk dibeli. Salah satunya adalah buku terjemahan Ihya Ulum ad-Din karya Imam al-Ghazali. Saat itu, dia tidak mengetahui siapa dan bagaimana latar belakang penulis kitab tersebut.
Ihya Ulumuddin atau Al-Ihya merupakan kitab yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa Tazkiyatun Nafs yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati. Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari Imam Al-Ghazali. Hanya saja kitab ini memiliki kritikan, yaitu meskipun Imam Ghazali merupakan seorang ulama namun dia bukanlah seorang yang pakar dalam bidang hadits, sehingga ikut tercantumlah hadits-hadits tidak ditemukan sanadnya, berderajat lemah maupun maudhu. Hal ini menyebabkan banyak ulama dan para ahli hadits yang kemudian berupaya meneliti, memilah dan menyusun ulang terhadap takhrij hadits yang termuat di dalam Ihya Ulumuddin. Di antaraulama ahli hadits yang menyusun ulang kitab hadits berdasarkan Ihya Ulumuddin ini adalah Imam Ibnul Jauzi dan Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi yang menulis kitab Minhajul Qashidin dan ikhtisarnya Mukhtasar.[1] Ihya Ulumuddin Mukhtasar Minhajul Qashidin ringkasan Minhajul Qashidin revisi dari Ihya UlumuddinPengarangImam Al-GhazaliBahasaBahasa Arab dengan beragam terjemahanGenreTazkiyatun NafsPenerbitBeragamTanggal terbitcirca 500-an H 1100-an MDiikuti olehMinhajul Qashidin, dll
. aztig8h1sj.pages.dev/973aztig8h1sj.pages.dev/461aztig8h1sj.pages.dev/638aztig8h1sj.pages.dev/364aztig8h1sj.pages.dev/425aztig8h1sj.pages.dev/35aztig8h1sj.pages.dev/348aztig8h1sj.pages.dev/331aztig8h1sj.pages.dev/996aztig8h1sj.pages.dev/438aztig8h1sj.pages.dev/945aztig8h1sj.pages.dev/265aztig8h1sj.pages.dev/624aztig8h1sj.pages.dev/250aztig8h1sj.pages.dev/468
kisah dalam kitab ihya ulumuddin